Senin, 28 Februari 2011

Menopause

Menopause

1. Pengertian menopause
Menurut arti katanya, menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium (Kartono, 1992).
Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita, dimana siklus menstruasi berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi reproduksi (tidak dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam melayani suami di bidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Hawari, 1996).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause adalah suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi reproduksi.

2. Periode terjadinya menopause
Menurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah, yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama hormon perangsang folikel (FSH= Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase ini disebut fase pengelupasan.
Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan membuat endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel dan hormon lutein mencapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Folikel tempat sel telur dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus luteum yang menghasilkan progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium mengalami fase sekresi sebagai persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar menopause, yang berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi.
Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah, beberapa perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik / bagian diusia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa tengah telah datang. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling tampak dalam masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina-mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun. Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek-obyek yang dekat.
engenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti. Sesungguhnya setiap wanita mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan berakhir. Sehubungan dengan itu para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause berbeda-beda antara satu dengan yang lain, karena ditinjau dari sudut yang berbeda pula.
Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang menyatakan bahwa sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun. Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir.
Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti.
Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003) sebagian besar wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi entrogen yang akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya. Dan dengan melihat batasan umur wanita menopause yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan batasan wanita akan mengalami menopause antara umur 40 tahun sampai 55 tahun.

3. Gejala-gejala menopause
Pada masa menopause diikuti perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya. Untuk mengetahui masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang mendahului meskipun tidak semua wanita akan merasakan gejala-gejala ini.
Reitz (dalam Damayanti, 2003) mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa menopause, yaitu:
a. Berhentinya menstruasi secara mendadak. Mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan, haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu pada wanita yang berusia sekitar 45 tahun keatas.
b. Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
c. Rasa gelisah, mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan, termasuk perasaan tertekan, sedih, malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tidak berdaya dan mudah menangis.
d. Osteoporosis (pengeroposan tulang).
e. Pruritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau alat kelamin.
enurut Kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase preliminer, yaitu:
a. Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau lebih awal.
. Kotoran, haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit.
c. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.
d. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus menerus.
e. Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti-hentinya.
f. Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala menopause antara lain berhentinya menstruasi secara mendadak atau menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, terjadinya arus panas, merasa gelisah, pusing, osteoporosis, pruritis, selalu berkeringat dan neuralgia.