Senin, 28 Februari 2011

Menopause

Menopause

1. Pengertian menopause
Menurut arti katanya, menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium (Kartono, 1992).
Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita, dimana siklus menstruasi berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi reproduksi (tidak dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam melayani suami di bidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Hawari, 1996).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause adalah suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi reproduksi.

2. Periode terjadinya menopause
Menurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah, yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang sama hormon perangsang folikel (FSH= Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase ini disebut fase pengelupasan.
Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan membuat endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel dan hormon lutein mencapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Folikel tempat sel telur dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus luteum yang menghasilkan progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium mengalami fase sekresi sebagai persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar menopause, yang berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi.
Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah, beberapa perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik / bagian diusia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa tengah telah datang. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling tampak dalam masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina-mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun. Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek-obyek yang dekat.
engenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti. Sesungguhnya setiap wanita mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan berakhir. Sehubungan dengan itu para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause berbeda-beda antara satu dengan yang lain, karena ditinjau dari sudut yang berbeda pula.
Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di usia 45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang menyatakan bahwa sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun. Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir.
Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti.
Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003) sebagian besar wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi entrogen yang akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya. Dan dengan melihat batasan umur wanita menopause yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan batasan wanita akan mengalami menopause antara umur 40 tahun sampai 55 tahun.

3. Gejala-gejala menopause
Pada masa menopause diikuti perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya. Untuk mengetahui masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang mendahului meskipun tidak semua wanita akan merasakan gejala-gejala ini.
Reitz (dalam Damayanti, 2003) mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa menopause, yaitu:
a. Berhentinya menstruasi secara mendadak. Mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan, haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu pada wanita yang berusia sekitar 45 tahun keatas.
b. Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
c. Rasa gelisah, mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan, termasuk perasaan tertekan, sedih, malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tidak berdaya dan mudah menangis.
d. Osteoporosis (pengeroposan tulang).
e. Pruritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau alat kelamin.
enurut Kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase preliminer, yaitu:
a. Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau lebih awal.
. Kotoran, haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit.
c. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.
d. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus menerus.
e. Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti-hentinya.
f. Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala menopause antara lain berhentinya menstruasi secara mendadak atau menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, terjadinya arus panas, merasa gelisah, pusing, osteoporosis, pruritis, selalu berkeringat dan neuralgia.

Selasa, 08 Februari 2011

KODE ETIK BIDAN

KODE ETIK BIDAN

1.      Deskripsi kode etik bidan Indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber merupakan nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

2.      Kode Etika Bidan Indonesia
a.       Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1)        Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya
2)        Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
3)        Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4)        Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut.
5)        Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
6)        Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

b.      Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1)        Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, kelurga dan masyarakat
2)        Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan / rujukan
3)        Setiap bidan harus menjamin kerahsiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien
c.       Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1)        Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
2)        Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadp sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
d.      Kewajiban bidan dalam profesinya
1)        Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2)        Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3)        Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu citra profesinya
e.       Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
1)        Setiap bidan wajib memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik
2)        Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan dan teknologi
f.       Setiap bidan bertanggung jawab terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
1)        Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan keluarga
2)        Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR I  : Falsafah dan Tujuan
Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi bidan
Definisi Operasional
1.      Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan
2.      Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada promosi persalinan normal, pencegahan penyakit, pencegahan cacat pada ibu dan bayi, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan.

STANDAR II : Administrasi dan pengelolaan
a.       Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pimpinan
b.      Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat, standar ruangan, standar ketenagaan yang telah tindakan disahkan oleh pimpinan.
c.       Ada standar prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/kebidanan yang disahkan oleh pimpinan
d.      Ada rencana / program kerja disetiap insttusi pengelolaan yang mengacu ke institusi induk.
e.       Ada bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur, dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
f.       Ada naskah kerjasama, program praktik dari institusi yang menggunakan lahan praktik, program pengajaran dan penilaian klinik.
g.      Ada bukti administrasi


STANDAR III : Staf dan pimpinan
1.      Tersedia SDM sesuai dengan kebutuhan baik kualifikasi maupun jumlah
2.      Mempunyai jdwal pengaturan kerja harian
3.      ada jadwal dinas sesuai dengan tanggung jawab dan uraian kerja
4.      ada jdwal bidan pengganti dengan peran fungsi yang jelas
5.      Ada data personil yang bertugas di ruangan tersebut

STANDAR IV : Fasilitas da peralatan
1.      Tersedia sarana dan peralatan untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan sesuai standar
2.      Tersedianya peralatan yang sesuai dalam jumlah dan kualitas
3.      Ada sertifikasi untuk penggunaan alat-alat tertentu
4.      Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.

STANDAR V : Kebijakan dan prosedur
1.      Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disahkan oleh pimpinan
2.      Ada prosedur rekruitmen tenaga yang jelas
3.      Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur hak dan kewajiban
4.      Ada kebijakan dan prosedur pembinaan personal

STANDAR VI : Pengembangan staf dan program pendidikan
1.         Ada program pembinaan staf dan program pendidikan secara berkesinambungan
2.         Ada program orientasi dan pelatihan bagi tenaga bidan/personil baru dan lama agar dapt beradaptasi dengan pekerjaan
3.         Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan



STANDAR VII : Standar asuhan
1.      Ada standar manajemen asuhan kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan
2.      Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik
3.      Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien
4.      Ada diagnosa kebidanan
5.      Ada rencana asuhan kebidanan
6.      Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan
7.      Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan
8.      Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan
9.      Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan

STANDAR VIII : Evaluasi dan pengendalian mutu
1.      Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu pelayanan kebidanan
2.      Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian terhadap standar asuhan kebidanan
3.      Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan
4.      Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana tindak lanjut
5.      Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara tertulis kepada semua staf pelayanan kebidanan

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

A.    Pengertian
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

STANDAR I        : Pengkajian
  1. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
  1. Kriteria pengkajian
1.      data tepat, akurat dan lengkap
2.      Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

STANDAR II      : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
  1. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
  1. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1.      Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2.      Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3.      Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan



STANDAR III : Perencanaan
  1. Pernyataan standar
Bidan merencanakan suhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
  1. Kriteria perencanaan
1.      Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara komprehensif.
2.      Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3.      Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4.      Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5.      Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada

STANDAR IV : Implementasi
  1. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaknsakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
  1. Kriteria
1.      Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual – kultural
2.      Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
3.      Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4.      Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5.      Menjaga privacy klien
6.      Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7.      Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8.      Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9.      Melakukan tindakan sesuai standar
10.  Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
  1. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
  1. Kriteria evaluasi
1)      Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2)      Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3)      Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4)      Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.

STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan
  1. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
  1. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1.      Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS?status pasien/KIA)
2.      Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3.      S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa
4.      O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5.      A adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan masalah kebidanan
6.      P adalah pentalaksanaan mencatat selutuh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.

Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan

Pengaruh kehamilan pada ibu sangat bergantung pada dukungan sosialnya, jika kehamilan ini disertai dengan kesadaran bahwa bayi yang dikandungnya itu didambakan oleh dirinya maupun suaminya maka akan disambut dengan gembira, demikian pula dengan lingkungan keluarga dan sahabat yang lebih luas merupakan dukungan sosial yang ideal. Namun tidak semua ibu memiliki susana ideal seperti di atas dan tidak semua ibu mempunyai hubungan yang labil, erat, kokoh danbaik dengan orang tuanya sendiri dan keluarga (Farerr,1999).
Kehamilan yang pertama adalah suatu yang sangat penting bagi perempuan dibandingkan dengan kehamilan kedua dan ketiga atau seterusnya. Kehamilan pertama, biasanya peremuan banyak mengalami kekhawatiran, takut bercampur was-was, juga bahagia. Kecemasan ibu yang sedang hamil biasanya sekitar hamilnya, masa kelahiran, capeknya. Juga bahagia ketika para tetangga dan kawan memberikan ucapan selamat dan doa aas kehamilannya (Al-Atiq,2007).
Oleh karena itu, terpenting bagi ibu yang hamil adalah adanya dukungan dan motivasi dari orang disekelilingnya demi mebesarkan hati dan membantunya. Yang sangat berpengaruh baginya adalah suaminya. Kehamilan pertama juga penting bagi para bidan. Kemungkinan ada hal-hal yan dapat terjadi, seperti; naiknya kadar gula, tekanan darah dan lain-lain. Dan hal ini lebih banyak dijumpai pada kehamilan pertama. Untuk mendapatkan kesehatan yang terbaik, ibu hamil mestinya rutin memeriksakan kandungannya sehingga dapat dimonitoring, evaluasi, mengantisipasi serta menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dialaminya. Disamping itu juga ia dapat berkonsultasi demi menentramkan dan membesarkan hatinya dalam menghadapi persalinan secara normal (Al-Atiq,2007).
Tidak semua Ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait saling mempengaruhi. Jika kondisi fisiknya kurang baik ,maka proses berfikir, suasana hati, tindakan yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Suasana hati yang tidak menentu dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktifitas kelenjar keringat, reaksi asam lambung, seperti marah, gelisah dan merasa malas (Al-Atiq,2007).
Menurut Pearce (1999), kecemasan adalah emosi yang paling sering dialami, berupa kekhawatiran atau rasa takut tidak dapat menghindari diri dari hal-hal yang mungkin berbahaya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak dapat mempengaruhi detak jantung, mudah marah, gelisah, pening, mual, atau merasa malas (adelaar,2005). Sedangkan menurut Gunarsa (1995), kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
Kehamilan merupakan suatu kebahagiaan bagi wanita hamil dan suaminya. Tetapi kehamilan juga dapat menjadi suatu kekhawatiran bagi mereka. Kekhawatiran yang dirasakan oleh wanita hamil pada trimester pertama, kedua dan ketiga memiliki ciri-ciri tersendiri sesuai dengan masalah yang dirasakan pada saat kehamilannya. Kekhawatiran ini selain mempengaruhi dirinya juga mempengaruhi janin yang dikandungnya. Dan untuk mengatasi rasa kecemasan dan kekhawatiran yaitu dengan mendengar keluhan dan mengetahui perasaan yang dialami, menjelaskan keadaan yang dialaminya, memberikan motivasi, menganjurkan untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur, menganjurkan untuk beristirahat secara teratur (Adelaar,2005).
Berdasarkan uraian di atas, menunjukan adanya Ibu primigravida yang mengeluh dan merasa cemas dengan kehamilannya. Kecemasan tersebut dialami oleh Ibu primigravida, hal ini merupakan pengelaman baru. Sejauh mana keluhan Ibu primigravida dan upaya apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Varney (1997), penatalaksanaan menajemen kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Langkah-langkah penatalaksanaan menurut Varney yaitu: Pertama: melakukan pengumpulan informasi yang berkaitan secara akurat dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data tersebut dapat dilakukan dengan cara Anamnesia yang meliputi biodata bertujuan memperjelas identitas pasien, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan sekarang dan riwayat psikososial untuk mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh ibu dan kekhawatiran khusus yang muncl akibat adanya perubahan fisiologis maupun psikologi, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital jga pemeriksaan khusus yang meliputi pemeriksaan inspeksi untuk mengamati penampilan ibu, emosi serta sikap. Palpasi yaitu pemeriksaan dengan meraba. Auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, keadaan janin dalam kandungan, dan mendorong menentukan posisi anak. Perkusi yaitu pemeriksaan dengan cara mengetuk (patella) dengan tujuan mengetahui refleks Patella positif atau negatif (Ibrahim,1996).
Kedua: melakukan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah. Berdasarkan interpretasi data yang akurat atas data-data yang telah dkumpulkan. Ketiga: mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi. Keempat: berdasarkan data yang telah diidentifikasi maka petugas kesehatan (bidan) menetapkan kebutuhan serta tindakan yang harus dilakukan. Bidan memberikan bimbingan atau konseling mengenai ha yang berkaitan dengan perubahn selama masa kehamilan. Pada tahapan ini, kerjasama ibu dan bidan, pendekatan dan perhatian sangat diperlukan agar semua dapat berjalan dengan lancar. Dan pada fase ini, bidan perlu melakukan konsultasi.
Kelima: melakukan penyusunan secara menyeluruh rencana (intervensi) asuhan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini, informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Adapun rencana asuhan (intervensi) yang dbuat peneliti antara lain; mendengar keluhan, menjelaskan keadaan yang dialami, memberikan motivasi, menganjurkan agar melakukan pemeriksaan secara teratur, menganjurkan untuk beristirahat teratur, pemeriksaan laboratorium, memberikan informasi tentang perubahan fisik dan psikologis. Keenam: penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh sepert yang telah diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman. Penelitian melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
Ketujuh: mengevaluasi tahap asuhan yang telah diberikan, apa benar-benar sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Langkah ini bertujuan mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana manajemen kebidanan yang sudah dilakukan oleh peneliti pada pasien.
METODE
Metode penelitian yang digunakan dapat dikategorikan dalam penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk menggambarkan objek yang diteliti yaitu seorang ibu primigravida dengan kecemasan yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas CH.M. Tiahahu. Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data adalah format pengkajian pada ibu hamil. Dan untuk mengumpulkan data yaitu melakukan observasi dengan melihat, mengamati secara langsung kemudian kenginterpretasikan, disamping itu juga dengan wawancara dan pemeriksaan fisik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil menajemen asuhan kebidanan pada ibu primigravida dengan kecemasan, maka terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan. Dengan menerapkan menajemen asuhan kebidanan diharapkan bidan dapat memperhatikan kebutuhan dasar manusia berupa bio, psiko, sosial, budaya dan spiritual. Akan tetapi tingkat kebutuhanya berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu primigravida dengan kecemasan, peneliti melakukan cara komprehensif yang meliputi: pengumpulan data, interpretasi data, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi, intervensi, implimentasi dan evaluasi.
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang menentukan langkah selanjutnya. Langkah ini dilakukan dengan mengmpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan ibu. Data ini diperoleh melalui wawancara, observasi, serta pemeriksaan fisik. Data yang diperoleh berupa data subyektif dan obyektif. Data subyektif yaitu ibu mengatakan merasa cemas dengan kehamilannya, karena takut akan persalnan yang akan dihadapinya kelak. Data objektif yaitu wajah ibu terlihat cemas, tidak bergairah, lesu, letih, gelisah, mudah marah, pening, mual dan muntah yang sesuai dengan teori. Apabila data yang diperoleh secara akurat maka akan diinterpretasikan data-data tersebut. Pada tahap ini tidak terlalu mengalami hambatan atau kesulitan karena adanya sifat kooperatif dari keluarga dan ibu sendiri memberikan informasi serta adanya kerjasama antara bidan di ruangan yang membantu dalam mengumpulkan data.
Interpretasi data dengan melakukan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik pada ibu, maka pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa dan masalah yang aktual berdasarkan interpretasi data yang benar. Dalam penelitian terhadap ibu yang dimulai dengan pengkajian data sampai dengan dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan ibu primigravida dengan kecemasan sedang yang berhungan dengan kekhawatiran dalam menghadapi persalinannya kelak.
Identifikasi diagnosa dan masala poensial. Berdasarkan diagnosa masalah yang telah diidentifikasikan, sehingga pada langkah ini memerlukan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pemecahan sambil melakukan pengamatan terhadap ibu hamil dan diharapkan dapat bersiap-siap bila memang dianosa dan masalah potensial ini benar-benar akan terjadi.
Tindakan segera atau kolaborasi. Pada langkah ini bidan melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah diidentifikasi, menetapkan kebutuhan terhadap masalah. Pada tahap ini, perlu menjelaskan tentang proses kemajuan persalinan. Kerjasama antar ibu dan bidan melalui pendekatan dan perhatian serta simpati semuanya berjalan dengan lancar melalui penerapan konseling yang diberi.
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan dari diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi, maka pada langkah ini bidan melakukan asuhan secara menyeluruh. Tujuan perencanaan untuk mengurangi dan mencegah masalah pada ibu primigravida dengan kecemasan. Masalah dalam kasus ini adalah gangguan rasa nyaman sehubungan dengan persalinan yang dihadapinya. Rencana tindakan yang dlakukan leh bidan adalah memberikan konseling mengenai keadaan yang dialami oleh diri ibu sesuai dengan keluhan yang disampaikan oleh ibu, disamping itu juga memberikan motivasi dan dorongan.
Implementasi. Pelaksanaan merupakan rangkaian perencanaan yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya secara efisien. Perencanaan ini dilakukan oleh peneliti dan ibu itu sendiri. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan atau implementasi ini adalah bahwa peneliti tidak setiap hari bersama ibu sehingga tidak dapat mengikuti perkembangan ibu dengan baik. Untuk mengatasi rasa cemas yaitu peneliti memberikan penjelasan tentang proses kemajuan persalinan, melalui konseling, sehinga ibu dapat memahami serta melaksanakannya secara kooperatif.
Evaluasi. Hasil implementasi yang dilakukan oleh peneliti mulai dari hari pertama mendapat ibu primigravida dengan kecemasan yaitu implementasi dilakukan pada setiap kunjungan ulang. Dalam tahap ini, tidak mengalami kesulitan karena implementasi yang diberikan dapat dilakukan dengan baik dan ibu mengatakan puas dengan informasi yang disampaikan serta tidak tampak lagi wajah yang cemas, berkeringat, serta tenang, sehingga ibu bersedia untuk melakukan setiap anjuran yang diberikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah peneliti melakukan asuhan kebidanan pada ibu primigravida dengan kecemasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah;
  1. Tahap pengumpulan data dasar dilakukan dengan berbagai metode yang dala penelitian ini dilakukan metode observasi, wawancara serta pemeriksaan fisik. Data yang didapat berupa data subjektif dan daa objektif yang diperoleh dari pasien dan keluarga pasien.
  2. Interpretasi data untu mengidentifikasi diagnosa dan masalah, semua data diperoleh secara akurat dan menyeluruh maka sangat membantu menegakkan diagnosa yang dalam penelitian ini diagnosa berdasarkan data yang terkumpul yaitu ibu primigravida dengan kecemasan sedang yang berhubungan dengan kekhawatiran dalam menghadapi persalinan nanti
  3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, pada tahap ini peneliti melakukan pemecahan secara cermat dan memeprhatikan masalah potensial yang timbul berdasarkan data yan diperoleh, maka dalam penelitian ini diagnosa potensial adalah kecemasan berat
  4. menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera terhadap masalah potensial yang dalam penelitian ini peneliti melakukan konseling
  5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh agar setiap tindakan dapat berlangsung dengan efisien dan sistematis dan tidak terjadi kesalahan
  6. Pelaksanaan aspek intervensi sebagaian dilakukan oelh peneliti dan sebagain lagi dilakukan oleh ibu serta selalu melibatkan keluarga ntuk tetap mendampingi, membantu dan memberi support
  7. Mengevaluasi, berhasil karena asuhan kebidanan dilakukan secara profesional dan ibu sebagai pasien dalam penelitia ini responden mengatakan puas dengan pemberian konseling yang disampaikan sehingga pada kunjungan ulang ibu mengatakan bersedia untuk melakukan setiap anjuran yang diberkan serta tidak tampak lagi terlihat di wajah ibu yang cemas dan gelisah
Saran yang dapat diberikan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sebaai berikut :
  1. Hendaknya bagi pihak yang berkompeten agar memberikan pelayanan secara proffesional sesuai dengan kebutuhan pasien. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kebidanan maka diharapkan agar semua bidan membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan yang luas.
  2. Dalam melaksanakan pelayanan terhadap pasien bukan saja memberikan pengobatan tetapi juga harus dapat memberikan pendidikan kesehatan atau informasi kepada ibu-ibu hamil sehingga mereka dapat memahami secara benar setiap tindakan yang diberikan maupun setiap pengobatan serta konseling setiap kali melakukan kunjungan
DAFTAR PUSTAKA
Adelaar, BS, 2005, Trauma kehamilan dan pengaruhnya pada janin,infoibu.com
Farerr,H,1999, Perawatan Maternitas edisi 2, bukukedokteran, EGC,Jakarta
Gunarsa,D.S,1995, Psikologi keperawatan, PT.Gunung Muvia, Jakarta
Al-Atiq,2007,hamil tanpa masalah, Baityannati,wordpress.com
Ibrahim S, Christina,Perawatan kebidanan,Bharatara,Jakarta
Pearce John,1990, Kekhawatiran dan ketakutan, bina rupa aksara, Jakarta
http://luluvikar.wordpress.com/2009/03/03/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-ibu-primigravida/

Senin, 07 Februari 2011

Apa yang di Antisipasi Dari Program Bidan

Menjadi Bidan adalah karir baru terhormat yang meliputi ribuan orang. Kebidanan adalah pekerjaan yang sah perawatan medis, meskipun setiap stigma yang mungkin terkait dengan penggunaan istilah di zaman kuno. bidan Hari ini dipelajari dan profesional, menawarkan tingkat perawatan utama untuk perempuan yang tidak selalu berhubungan dengan kehamilan. program Bidan membantu mengajar perempuan dan laki-laki cara untuk berhasil di bidang Kebidanan.

Pria dan wanita yang serius tentang kebidanan akan perlu melalui program-program ini untuk belajar bagaimana bekerja secara mandiri. Bidan adalah praktisi individu yang berhubungan dengan dua berbagai macam pengobatan: kehamilan dan perawatan primer.

Bidan diakui untuk berurusan dengan kehamilan dan persalinan melahirkan. Ayub tugas biasanya dimulai ketika seorang wanita hamil dan mencari perawatan kehamilan. bidan dapat membantu wanita untuk memeriksa kesehatan bayi yang belum lahir dan memberikan perawatan dan bantuan untuk meringankan penyakit apapun yang terkait. bidan ini juga akan bekerja dengan wanita tentang gizi dan kehidupan sehari-hari untuk meyakinkan bahwa dia menyediakan anak dengan lingkungan yang memelihara baik gizi dan fisik. bidan itu akan dengan wanita melalui tenaga kerja, mencoba untuk mendapatkan bayi dengan aman serta menenangkan ibu turun saat dia melahirkan. Bidan juga tinggal dengan wanita setelah kehamilan untuk merawat untuk kebutuhan mendesak dia pasca-kehamilan.

Aspek perawatan utama dari program bidan termasuk ginekologi tahunan dalam bentuk pemeriksaan ginekologi. Bidan juga memberikan pelayanan kesehatan reproduksi untuk perempuan dan juga memenuhi kebutuhan standar pelayanan primer. Bidan juga dapat membantu perempuan yang ingin merencanakan kehamilan, dan dapat membantu wanita yang berjuang dengan transisi mereka selama menopause.

Ada dua rute yang berbeda yang dapat Anda pertimbangkan ketika melihat ke dalam program bidan: Direct Entry Kebidanan atau akreditasi Perawat-Bidan. Direct Entry Bidan master kerajinan mereka melalui magang dan langsung masuk ke lapangan. Perawat-Bidan mendapatkan akreditasi Kebidanan khusus setelah melalui program keperawatan yang biasa mereka.

Hampir semua bidan akan ingin disertifikasi, menunjukkan pentingnya mendaftar di program bidan sejati. Mahasiswa yang masuk melalui jenis program akan diminta untuk mengambil semua ilmu pengetahuan umum, termasuk biologi, anatomi, dan fisiologi. Individu serius tentang pendudukan juga perlu mengambil kursus yang mengajarkan prosedur bidan penting untuk memiliki bayi, diet, dan menopause.

Dari titik ini ke depan, individu mengikuti program-program ini perlu mempersiapkan untuk sertifikasi. Berjalan sertifikasi, termasuk akreditasi sekolah selain ujian sertifikasi nasional. Siswa harus memenuhi semua persyaratan untuk disertifikasi sebagai Perawat-Bidan yang sering mencakup beberapa magang klinis dan belajar.

Orang-orang yang berpikir tentang mengambil rute perawat-bidan industri kebidanan akan melihat kesempatan yang luar biasa di masa depan mereka, dengan pertumbuhan pekerjaan diantisipasi lebih dari 20%. Hal ini penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa tidak semua pekerjaan ini adalah untuk kebidanan. Kebidanan adalah karir yang khusus, tetapi profesi yang ideal bagi individu yang program bidan lengkap dan menyadari bahwa membantu para wanita adalah apa yang mereka inginkan untuk karir masa depan mereka.

Cari perguruan tinggi lokal yang dapat membantu Anda dengan menjadi seorang Bidan. Pelajari tentang program Bidan yang dapat membantu Anda mendapatkan pendidikan Anda harus memiliki untuk memulai karir baru.